I Gusti Made Wisatawan, S.Sn

Judul Karya I :  “Senandung Bumi”

Tahun :  2011

Medium/Teknik :  mixed media on canvas

Konsep karya                        :

Tanah (pertiwi), api/panas (teja), air (apah), angin/udara (bayu), dan ruang hampa (akasa) merupakan lima unsur dasar pembentuk alam semesta atau Buana Agung maupun Buana Alit (manusia). Konsep ini dikenal luas dalam budaya masyarakat Bali dengan sebutan Panca Maha Bhuta. Kelima unsur inilah yang kemudian selalu berinteraksi menciptakan suatu dinamika sebagai cikal bakal terbentuknya kehidupan.

Kolaborasi manusia dengan kelima unsur ini sejak dahulu telah menghasilkan tonggak-tonggak kebudayaan sebagai akumulasi dari proses berfikir dan survival dari para leluhur manusia. Artefak berupa terakota, teknik logam, sampai seni keramik adalah bukti eksistensi dari kolaborasi tersebut. Di dalam dunia simbol yang diwariskan oleh kearifan lokal (local genius) membahasakan kekuatan unsur-unsur tersebut melalui pengulangan bentuk baik berupa motif maupun ragam hias. Sangatlah jelas jika ditelisik secara terinci akan keberlangsungannya, dan yang paling menarik saya adalah pamor pada bilah-bilah keris dimana unsur pengulangan bentuk dan garis sebagai ornamen terjadi melibatkan kelima unsur ini secara sedemikian rupa sehingga jejak keterlibatan tangan manusia tidaklah terlalu dominan dan hanya menjadi mediator saja.

Melukis saya terjemahkan sebagai suatu proses ekspresi yang melibatkan gejolak dari kelima unsur (panca maha butha) sebagai faktor intrinsik yang menggerakkan cipta rasa dan karsa. Unsur-unsur ini beresonansi dengan segala gejala alam sebagai faktor eksternal dalam proses penciptaan. Karena sejatinya faktor-faktor tersebut adalah sama secara esensi, sehingga dapat saya klaim bahwa inilah kekuatan instingtif yang membangun karya-karya seni seperti yang saya coba ungkapkan.

Tentu saja suatu karya seni tidaklah hadir dari ruang hampa, melainkan bergetar berbarengan dengan impuls-impuls yang dipancarkan oleh lingkungan di sekitar entitas tersebut. Sebut saja sepuluh tahun kebelakang, dimana bumi dengan segala keegoannya sedang mempertunjukkan kekuatan. Lumpur yang menenggelamkan Sidoarjo, tsunami di Aceh, gempa di Padang, Wasior, Merapi, sampai terakhir di kepulauan Jepang adalah suatu sinyalemen akan keberadaan kekuatan alam di atas. Melukis tidaklah menyadur melainkan suatu proses yang menghubungkan antara komponen-komponen dalam diri manusia dan dunia untuk mengingatkan kesejatian akan ke-ikat-annya.

Dalam karya “senandung bumi” adalah suatu komposisi gerak bumi (pertiwi) yang sedemikian rupa bergetar dari sekat-sekat dan ruang menembus selaput lempeng dan kulit bumi yang menggerakkan sendi-sendi dalam raga yang ikut bergelora seirama dengan alunan lagunya. Pencitraan akan gerak dalam susunan garis dan warna yang sedemikian rupa di dalam sekat-sekat ruang yang saya wakilkan melalui susunan beberapa kanvas, merupakan suatu respons atas tema “imaji ornamen” kali ini.

I Gusti Made Wisatawan, S.Sn

Lahir : Singaraja, 28 April 1980

Alamat : Jl. Katrangan Denpasar Gg. XII No. 5

Mobile : 081 916 358 101

E-mail : wisbagus@yahoo.com

Pendidikan : Institut Seni Indonesia Denpasar

Pameran :

2003 * “Karya Kita” Museum Sidik Jari Denpasar.

2005    * “Lawar Art” Massary Art Gallery Ubud.

2006    *“Between Dekonstruction and Repetition” perpustakaan umum dan arsip kota Malang.

2008    * Pameran karya Tugas Akhir,  kampus ISI Denpasar.

*  “Perdamaian dalam Keragaman Budaya”, Museum Neka, Ubud-Bali.

*  “Kebebasan Nurani” kelompok 72, Pharos Gallery, Sukawati. Gianyar.

*  “Mini Art”, Tangkas Gallery Ubud.

*  “Art of Living”, Inna Grand Bali Beach Hotel, Sanur.

*  “F*# Lifestyle” Flo Fashion Lounge & Resto, Denpasar.

Penghargaan: 

* Peraih sepuluh karya terbaik lomba lukis se-Jawa, Bali & NTB dalam rangka Dies Natalis V & Wisuda IX STKIP Singaraja 1998.

* Sepuluh besar lomba lukis se-Bali dalam rangka hari AIDS, Yayasan Manikaya Kauci – US Aid 1998.

  1. Leave a comment

Leave a comment